1. Teori-Teori Pendukung Penemuan Terbimbing
Berikut ini adalah beberapa teori pendukung model penemuan terbimbing yang dikemukakan oleh beberapa tokoh yang mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan dunia pendidikan saat ini.
a. Teori Piaget
Piaget mengemukakan bahwa ”siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri” (Ibrahim dan Nur, 2005:25).
b. Teori Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan dibangun secara sosial, dalam pengertian bahwa peserta yang terlibat dalam suatu interaksi sosial akan memberikan kontribusi dan membangun bersama makna suatu pengetahuan (Winataputra, 2007: 6.9).
Melalui tantangan dan bantuan dari guru atau teman sejawat yang lebih mampu, siswa bergerak ke dalam zona perkembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi (Ibrahim dan Nur, 2005:19)
c. Teori Bruner
Menurut Bruner, agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa, yang meliputi tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Ketiga tahap ini selanjutnya oleh Bruner disebut dengan model dalam menyajikan pelajaran (Winataputra, 2007: 3.16).
2. Tahapan – Tahapan Pembelajaran
Markaban (2006:16) dan Widiharto (2004:5), mengungkapkan agar pelaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut:
- Merumuskan masalah yang diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
- Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan.
- Siswa menyusun prakiraan dari hasil analisis yang dilakukannya.
- Bila dipandang perlu, prakiraan yang telah dibuat siswa tersebut di atas, diperiksa oleh guru.
- Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran prakiraan tersebut, maka kesimpulan secara umum sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya.
- Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan/ soal tambahan.
Sintaks pembelajaran penemuan terbimbing:
Tahap 1: Stimulus
Memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa.
Tahap 2: Menyiapkan alat yang diperlukan siswa
Membimbing siswa dalam menggunakan alat, membimbing siswa bekerja sama jika siswa bekerja dalam kelompok
Tahap 3: Pengumpulan data
Memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk menjawab pertanyaan
Tahap 4: Pengolahan data
Membimbing siswa dalam mengolah data yang telah diperoleh siswa.
Tahap 5: Generalisasi
Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk masalah yang sama.
Tahapan-tahapan pembelajaran penemuan terbimbing di atas, menggambarkan adanya interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa (S-S), siswa dengan bahan ajar (S-B), siswa dengan guru (S-G), siswa dengan bahan ajar dan siswa (S-B-S), siswa dengan bahan ajar dan guru (S-B-G).
Interaksi dapat pula dilakukan antar siswa baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas). Ketika melakukan aktivitas atau penemuan dalam kelompok-kelompok kecil siswa berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling bertukarpendapat atau siswa yang lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai.
3. Hubungan Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Gunter dalam Winataputra (2007:3.17), penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa mengingat informasi. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2005:54), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh faktor dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.
Jadi dari kedua pengertian diatas dapat ditarik simpulan bahwa terdapat hubungan antara pembelajaran penemuan terbimbing dan hasil belajar karena penemuan terbimbingbertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa setelah siswa mengalami proses belajar.
4. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Berikut ini adalah contoh penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing untuk mata pelajaran matematika pada materi luas bangun datar di kelas lima tingkat sekolah dasar.
a. Penyajian enaktif
Penyajian enaktif adalah penyajian yang dilakukan melalui tindakan, memiliki karakter manipulasi yang tinggi. Penyajian seperti ini diperlukan oleh siswa yang mulai dapat memahami beberapa aspek kejadian. Siswa akan dapat memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu (Winataputra, 2007: 3.16). Pada tahap ini siswa diarahkan untuk melakukan proses manipulasi terhadap persegi panjang, yaitu memotong persegi panjang tersebut menjadi dua bagian.
b. Penyajian ikonik
Penyajian ikonik dilakukan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang menggambarkan suatu konsep tetapi tidak mendefinisikannya (Winataputra, 2007: 3.16). Penyajian pada tahap ini dapat diberikan trapesium siku-siku yang dibentuk dari persegi panjang yang dipotong. Pada tahap ini, siswa mengetahui adanya hubungan antara trapesium siku-siku dengan persegi panjang, akan tetapi siswa belum dapat menemukan rumus luas trapesium siku-siku.
c. Penyajian simbolik
Penyajian simbolik ini dilakukan oleh kemampuan seseorang untuk memberikan struktur hierarkis pada suatu konsep (Winataputra, 2007: 3.17). Pada tahap ini siswa diminta menggeneralisasikan hasil temuan di tahap ikonik. Misalkan cara menentukan rumus luas trapesium siku-siku.
0 komentar: