Cerita ini tentang anak yang membuat Aku selalu merindukannya bila Dia izin tidak masuk sekolah, yang membuat Aku selalu ingin menempati kursi kosong yang ada di sampingnya ketika Aku sedang mengajar. Dia tampan, berkulit kuning, hidung mancung, rambut tebal, mirip anak Palestina yang pernah Aku lihat di TV. Kalau Dia berjalan kedua tangannya selalu dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya.
Dia duduk di deretan bangku paling belakang ruang kelas 1, Dia duduk sendirian. Walaupun tidak ada teman sekelasnya yang ingin duduk sebangku dengannya Dia selalu minta dua kursi, satu kursi untuknya dan kursi yang satunya tetap kosong. Mulai hari pertama Dia masuk kelas 1 sampai akhir tahun pelajaran kursi di sampingnya tetap kosong, kadang Aku yang duduk di kursi kosong itu.
Pernah suatu hari Aku ambil kursi kosong di sampingnya, Dia menangis dan mengancam tidak mau mengikuti pelajaranku. Dia suka mengumpulkan kursi di sampingnya, bila ada teman sekelasnya tidak masuk sekolah, kursi temannya itu diseret diletakkan di samping kursinya. Pernah ada 2 kursi diletakkan di samping kursinya ketika ada dua anak yang tidak masuk hari itu. Mungkin Dia ingin ada teman yang mau duduk di sebelahnya.
Ikat pinggang adalah senjata pamungkas ketika ada teman yang berani menggodanya. Bila Dia cabut ikat pinggangnya yang melilit pinggangnya dan diputar-putar di atas kepala jangankan temannya, Aku pun takut mendekatinya. Kalau sudah demikian ibunya, yang tiap hari menunggunya di teras ruang kelas 1, masuk dan menenangkannya. KejaDian seperti itu sering terjadi ketika awal tahun pelajaran, beberapa minggu kemuDian Aku sudah bisa menenangkan kalau Dia memutar ikat pinggang di atas kepalanya.
Sekitar dua minggu Dia duduk di kelas 1, Dia selalu ingin duduk di pangkuanku. Ketika Aku duduk di kursi guru, Dia mendekatiku dan duduk dipangkuanku, kalau sudah begitu teman-temannya tidak memperhatikan Aku menjelaskan materi dan lebih suka memperhatikan gerak-geriknya seperti: pukul-pukul meja, mencoret meja dengan spidol, memencet tombol laptopku keras-keras, dan banyak lagi. Aku gendong Dia dan Aku dudukkan di tempat duduknya, Aku kembali ke tempat dudukku hanya dalam hitungan detik Dia sudah duduk di pangkuanku lagi. Pernah dalam sehari Aku menggendong untuk mengembalikannya ketempat duduknya sampai hampir sepuluh kali.
Minuman yang dibawanya dari rumah pernah habis untuk membasahi rambutnya. Dia bilang, minuman dibotolnya lebih segar kalau dibuat membasahi rambut daripada diminum. Besoknya Aku lihat air minum di botolnya masih penuh, Aku tanya, “Kenapa rambutmu tidak kamu basahi seperti kemarin?”
“Kata Ibu, air di botol ini untuk kepandaian, Pak guru. Aku bisa pandai bila meminum air ini.” Dia menjelaskan.
“Ya, kamu lebih pandai bila kamu minum itu daripada kamu pakai untuk membasahi rambut. Kalau ingin membasahi rambut, pakai saja air di kamar mandi.”
Dia paling suka bila Aku mau menggambar di buku tulisnya. Sering Dia meminta Aku menggambar dan sejelek apapun gambar yang Aku buat, Dia selalu terlihat senang dan puas dengan gambarku. Setiap kali Aku selesai menggambar di buku tulisnya berkali-kali Dia memandang gambar itu dan memandang Aku secara bergantian, lalu tersenyum. Pernah suatu hari Dia meminta dibuatkan gambar kambing dan Aku gambarkan Dia seekor kambing. Setelah Aku selesai menggembar seekor kambing Dia bertanya, “Mana anaknya?” Setelah Aku gambar anaknya Dia tanya, “Mana Bapaknya?” Setelah Aku gambar bapaknya, Dia minta “Gambarkan lagi yang banyak, Pak Guru!” dan Aku penuhi halaman bukunya dengan gambar kambing.
Pada akhir tahun pelajaran, ketika Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) Aku lihat Dia tidak bersemangat hari itu. Soal yang ada di hadapannya tidak disentuh sama sekali. Aku suruh Dia mengerjakan soal Dia menolak. Aku tanya, “Kenapa kamu tidak mengerjakan soal ini?”
“Soal ini Aku buat PR saja, Pak.”Jawabnya.
“Ini bukan PR, ini Ulangan Kenaikan Kelas, harus kamu kerjakan sekarang.” Aku menjelaskan, Dia Diam saja.
Ketika koreksi, lembar UKKnya kosong tidak ada jawabannya, cuma ada nama dan sebelahnya ada tulisan PR dengan huruf yang besar. Kelihatannya Dia memang ingin soal UKK ini sebagai PR.
Ketika kenaikan kelas, Dia naik. Tahun ajaran depan Dia ada di kelas 2 dan tahun ajaran depan Aku mengajar kelas 6. Dia memiliki banyak kelebihan, salah satunya adalah Dia sangat perhatian kepadaku. Itu terbukti dari kejadian beberapa bulan lalu ketika Dia Diam-Diam memasukkan mainan pesawat kecil berwarna kuning-nya ke dalam tasku yang Aku tinggal di dalam kelas ketika istirahat. Ketika Aku buka tasku Dia menghampiri Aku dan berpesan supaya mainannya itu Aku pakai bermain di rumah.
Dia akan selalu kurindukan. Rindu ceritanya, cerita tentang rencananya beli angsa di pasar Baureno dan beli motor trail, cerita tentang cita-citanya ingin jadi tentara dan akan menembakku bila aku nakal, yang hampir tiap hari diceritakan kepadaku. Rindu permintaannya kepadaku untuk digambarkan kambing dan anak-anaknya di buku tulisnya. Rindu suaranya menyanyikan lagu Jodi-nya Wali Band. Semoga 4 tahun lagi Aku bertemu lagi dengannya di kelas 6.