ERA 4.0, GURU, DAN TUNTUTAN-TUNTUTANNYA
Oleh Suwito Adi Prasetyo, S.Pd.SD
Guru SD Negeri Kedungprimpen Kecamatan Kanor.
Rapat kerja nasional (rakernas) telah diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada awal tahun 2018. Salah satu tujuan dari rakernas tersebut adalah menyusun rekomendasi pengembangan Iptek Dikti dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dalam berbagai hal. Itu artinya, sekarang ini kita sudah masuk pada era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri generasi keempat. Apa saja tuntutan guru sebagai garda terdepan pendidikan untuk mempersiapkan generasi yang siap menghadapi era revolusi industri 4.0 ini?
Era revolusi industri 1.0 sampai 4.0
Revolusi industri sebenarnya sudah dimulai sejak abad ke-18 yang sering disebut dengan revolusi industri 1.0 atau revolusi industri generasi pertama. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan diciptakannya alat yang memiliki mekanika (mesin) tenaga air dan uap untuk mengganti tenaga hewan dan manusia. Terjadi perubahan besar-besaran pada bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Perubahan ini memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dunia kala itu.
Penemuan mesin uap tercatat sebagai penemuan terbesar pada era revolusi industri 1.0 yang bisa meningkatkan perekonomian secara drastis. Setelah dua abad terjadinya revolusi industri 1.0 rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat sebesar enam kali lipat. Robert Emerson Lucas, pemenang hadiah nobel bidang ekonomi menyatakan bahwa peningkatan standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya.
Setelah revolusi industri 1.0, pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi lagi revolusi industri berikutnya, yaitu revolusi industri generasi kedua atau revolusi industri 2.0. Revolusi industri ini sering disebut juga dengan revolusi teknologi karena teknologi berkembang sangat pesat pada saat itu. Pemanfaatan listrik sebagai sumber tenaga utama merupakan penanda dimulainya revolusi generasi kedua ini.
Tenaga listrik dipakai sebagai sumber energi utama pada revolusi industri 2.0 ini dan menggantikan tenaga uap yang merupakan penemuan terbesar pada revolusi industri 1.0. Pabrik-pabrik mengganti mesin yang sebelumnya menggunakan tenaga uap dengan mesin-mesin bertenaga listrik. Dengan pemanfaatan listrik sebagai sumber tenaga, mesin-mesin didesain memiliki sumber tenga sendiri-sendiri sehingga mudah dipindahkan. Namun mesin tersebut masih dikontrol oleh manusia karena belum otomatis.
Setelah era revolusi industri 2.0 berakhir, pada akhir abad ke-20 terjadi revolusi industri generasi ketiga atau revolusi industri 3.0. Revolusi industri yang sering disebut dengan revolusi digital ini ditandai dengan banyaknya penemuan perangkat elektronik dan otomatisasi alat. Penemuan tersebut berdampak pada pengurangan tenaga manusia di pabrik-pabrik karena diganti dengan mesin-mesin otomatis yang bisa bekerja tanpa dioperasikan manusia. Mesin-mesin otomatis itu menekan biaya produksi dan memiliki kemampuan berproduksi berkali-kali lipat dibanding tenaga manusia.
Sekarang, di abad-21 ini kita sudah masuk pada era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri generasi keempat. Istilah revolusi industri 4.0 ini berasal dari sebuah proyek strategis teknologi canggih pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi untuk semua pabrik di negeri itu. Revoluasi Industri 4.0 ini kemudian dibahas kembali pada 2011 di Hannover Fair, Jerman. Pembuka gerbang era ini adalah digunakannya internet untuk segalanya atau Internet of Things (IoT).
Pada era revolusi industri 4.0 ini, segalanya semakin mudah. Internet of Things (IoT) membuat jarak yang dulu terasa jauh sekarang menjadi terasa dekat. Hanya dengan smart phone kita bisa mendapatkan yang kita inginkan. Belanja tidak perlu keluar rumah, pesan ojek tidak harus ke pangkalan ojek, pesan hotel tidak harus pergi ke hotel, pesan tiket tidak harus ke loket tiket, cukup pesan via smart phone. Informasi dari belahan dunia lain bisa kita peroleh dengan cepat. Berita-berita aktual tentang perkembangan dunia bisa kita dapatkan hanya dengan membuka internet kapanpun dan di manapun. Sekarang ini dunia seperti berada digenggaman kita.
Generasi era revolusi industri 4.0
Generasi yang akan mendominasi populasi manusia pada era revolusi industri 4.0 adalah generasi yang lahir mulai tahun 1995 sampai sekarang. Generasi ini yang akan berjibaku dengan dinamika era revolusi industri 4.0. Kata Dudung Heryadi, Direktur Bina Kelembagaan Pelatihan Kementerian Ketenagakerjaan dalam artikel yang telah ditayang di kompas.com dengan judul "Soft Skill Jadi Kunci Generasi Z Bisa Hadapi Revolusi Industri 4.0", generasi yang menjadi topik pembicaraan dunia ini disebut Generasi-Z atau Gen-Z.
Dari Generasi-Z tersebut, yang siap menghadapi era ini adalah generasi yang memiliki soft skill yang bagus. Soft skill itu meliputi karakter inti manusia seperti kreativitas, imaginasi, intuisi, emosi, dan etik. Dalam laporan World Economic Forum, 80 persen skill yang diperlukan tenaga kerja untuk bisa bersaing dalam era revolusi industri 4.0 adalah penguasaan soft skill. Selebihnya, technical skill (keterampilan teknis), hanya berada dalam skala 12 persen. Untuk menguasai soft skill yang baik tentu tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Butuh kesabaran, ketelatenan, dan yang pasti butuh dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Satu hal yang pasti dihadapi pada era revolusi industri 4.0 adalah perubahan, seperti revolusi industri yang terjadi sebelumnya. Siapa saja yang tidak mau berubah, dengan sendirinya akan tergerus oleh zaman. Seperti pabrik-pabrik pada revolusi industri generasi pertama yang tidak mau beralih menggunakan mesin uap akan kalah dengan pabrik-pabrik yang sudah menggunakan mesin uap. Dan seperti saat ini, jasa transportasi konvensional kalah bersaing dengan jasa transportasi berbasis online karena lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Pendidikan era revolusi industri 4.0
Pendidikan sebagai tempat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan membentuk peradaban adalah agen perubahan. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang baik perlu dipersiapkan untuk mengubah generasi sesuai dengan era sekarang ini. Kurikulum yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari pendidikan juga harus dipersiapkan dengan baik, disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.
Pendidikan yang sesuai dengan era revolusi industri 4.0 adalah pendidikan yang tidak hanya menitikberatkan pada sisi akademik saja, melainkan pendidikan yang juga menitikberatkan pada pembentukan karakter. Kurikulum yang memberikan porsi lebih banyak untuk pembentukan karakter harus benar-benar diterapkan di sekolah-sekolah. Kepala sekolah, guru, dan seluruh warga sekolah harus mendukung pelaksanaan kurikulum tersebut.
Pemerintah juga sangat mendukung terselenggaranya pendidikan karakter dengan diterbitkannya Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPPK). Di dalam perpres tersebut dijelaskan bawah PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Dalam Perpres tersebut juga disebutkan bahwa pendidikan karakter yang baik (dilaksanakan) guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan.
Selain sebagai pembentuk karakter, sekolah juga harus bisa menjadi wadah berkembangnya bakat anak. Bakat anak yang tentu jenisnya bermacam-macam itu harus diberi ruang agar terasah dengan baik sehingga kelak akan bermanfaat bagi dirinya. Sekolah yang hanya mengejar prestasi akademik tanpa memberi ruang untuk anak mengembangkan bakatnya akan mematikan kreativitas anak. Mereka yang mempunyai bakat di bidang olahraga, seni, keterampilan atau lainnya akan merasa bosan berada di sekolah. Padahal untuk bisa bersaing pada era sekarang ini, kreativitas menjadi kunci penting.
Namun, memberikan ruang untuk mengembangkan bakat anak di sekolah itu tentu tidak mudah. Sekolah harus memiliki fasilitas yang lengkap. Tanpa itu, bakat anak tidak akan bisa berkembang dengan maksimal. Kelengkapan fasilitas di sekolah harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Selain kelengkapan fasilitas, sekolah juga harus memiliki guru-guru yang kreatif, yang mempuni dalam memunculkan dan mengasah bakat anak.
Tuntutan guru era revolusi industri 4.0
Menghadapi tantangan besar era revolusi industri 4.0 ini pendidikan dituntut untuk berubah, termasuk pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dalam hal itu, tuntutan guru sebagai ujung tombak pendidikan antara lain: Pertama, guru harus menjadi penggerak perubahan, karena pendidikan tidak akan berubah bila gurunya tidak berubah. Ciri perubahan pendidikan yang dipengaruhi era revolusi industri 4.0 adalah pemanfaatan teknologi untuk pelaksanaan proses belajar mengajar. Guru yang biasanya hanya menggunakan papan tulis untuk menjelaskan materi, sekarang harus memanfaatkan teknologi. Misalnya, menggunakan program powerpoint, video, atau program-program prenstasi lainnya yang ditampilkan dengan proyektor untuk menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Pemanfaatan teknologi ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Selain itu guru juga harus bisa memanfaatkan internet, berubah dari kebiasaan lama yang hanya memanfaatkan buku sebagai sumber belajar dan kelas sebagai tempat belajar bagi siswa. Guru dapat membuat kelas online dengan cara membuka forum diskusi online, mengunggah video pembelajaran, materi pelajaran, serta soal-soal di internet. Dengan begitu siswa bisa belajar di mana saja dan kapan saja, tidak hanya di sekolah.
Kedua, guru sebagai teladan siswa harus berkarakter. Untuk membentuk siswa berkarakter sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), gurunya juga harus berkarakter karena Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada lingkungan pendidikan dilakukan dengan penggunaan prinsip keteladanan. Misalnya, guru menerapkan aturan jam masuk sekolah tepat pukul 07.00, maka guru harus sampai di sekolah sebelum pukul 07.00. Atau guru menerapkan aturan siswa dilarang merokok, maka gurunya tidak boleh merokok. Apabila guru sampai di sekolah pukul 07.00 lebih dan merokok, maka siswa tidak akan taat pada aturan yang dibuat guru tersebut.
Guru berkarakter sangat dibutuhkan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Guru berkarakter memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila antar lain: religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatit mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, (Perpres Nomor 87 Tahun 2017). Nilai-nilai itu sangat menunjang kemajuan pendidikan di Indonesia.
Ketiga, guru harus kreatif. Guru yang kreatif mengajar siswa dengan cara menyenangkan, selalu berfikir inovatif, selalu ingin berkembang mengikuti perkembangan zaman, pandai memanfaatkan fasilitas yang tersedia, peka terhadap bakat dan kemampuan siswa. Guru kreatif akan meninspirasi dan melahirkan generasi kreatif dan generasi yang kreatiflah yang mampu menghadapi tantangan perubahan pada era revolusi industri 4.0 ini.
Melalui momen Hari Guru Nasional (HGN) ini, cita-cita mewujudkan guru menjadi penggerak perubahan menuju Indonesia cerdas, berkarakter dalam revolusi industri 4.0 semoga menjadi kenyataan. Aamiiin.